Minggu, 07 Desember 2014

ENTEK AMEK KURANG GOLEK


“Review” ENTEK AMEK KURANG GOLEK

STATE, FISHERMEN, AND THE ILLUSION OF CORNUCOPIA

Pujo Semedi

Dosen Antropologi Universitas Gadjah Mada

Luaiyibni Fatimatus Zuhra
135110801111014
Antropologi Sosial
Fakultas Ilmu Budaya
Univesitas Brawijaya 

Indonesia adalah negara kepulauan dimana banyak dari populasi  penduduknya menjadi nelayan. Masyarakat nelayan indonesia tersebar sepanjang delapan puluh satu ribu kilometer sepanjang  pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil di indonesia namun konsentrasi terbesar adalah nelayan-nelayan di pantai utara jawa dimana terdapat lebih banyak daerah pancingan ikan, pelabuhan-pelabuhan perikanan besar dan kecil yang penuh dengan kapal-kapal besar.
Penulis meneliti tentang dampak dari kebijakan moderenisasi rezim orde baru di indonesia pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat nelayan. Penulis menjelaskan tentang kehidupan nelayan di  daerah pesisir desa Wonokerto kulon kecamatan Wiradesa kabupaten Pekalongan dimana di desa ini ia menemukan bahwa Kekayaan hasil laut indonesia tidak mampu membuat para nelayan hidup secara layak dan berkecukupan.  Kebijakan moderenisasi rezim orde baru pada saat penelitiannya dilakukan, perikanan laut indonesia mengalami perubahan drastis  dimana munculnya industri-industri perikanan moderen yang semakin membuat para nelayan tradisional terhimpit keadaannya dengan digeser oleh industri modern ini namun dibalik adanya moderenisasi ini jelas dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengintervensi kehidupan sosial dan politik masyarakat nelayan. Dengan bantuan hutang dari bank dunia sebesar US$ 55 juta yang telah diinvestasikan dalam perikanan laut negara dalam upaya menciptakan industri primer produtif yang dianggap mampu meningkatkan penghasilan perkapita nelayan agar dapat menghasilkan komoditi ekspor. Program moderenisasi nelayan ini mulai dikenalkan dari nelayan yang berbasis tradisional pedesaan menjadi nelayan modern perkotaan, dari kapal tradisional usang menjadi kapal mekanik bermesin lebih canggih.
Revolusi ini memang mengubah produksi ikan yang semakin berkembang namun persaingan untuk mendapatkan hal yang paling banyak menjadi polemik bagi para nelayan apalagi nelayan-nelayan yang tidak mampu membeli perahu mekanik sendiri. Orde baru juga mengubah orientasi politik ekonomi nelayan dengan menggeser posisi koperasi sebagai lembaga ekonomi utama sehingga hak koperasi untuk menjalankan pelelangan ikan diambil alih oleh pemerintah dan kemudian diserahkan pada koperasi baru yang diciptakan dan disponsori oleh pemerintah yaitu puskud mina. Tidak hanya puskud mina, pemerintah juga menciptakan unit lainnya yaitu Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI). Organisasi-organisasi mandiri nelayan yang diciptakan untuk mendongkrak produksi ikan di jawa memang berhasil namun hal ini tidak berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan para nelayannya. Produksi besar-besaran juga membuat kekayaan laut semakin menipis dan tidak terjaga kelestariannya diperparah lagi dengan banyaknya nelayan luar daerah yang berbondong-bondong mencari ikan di laut lepas dan memperluas daerah memancingnya didaerah lain yang bukan daerahnya (dapat diistilahkan mencuri hasil laut daerah lain).
Orde baru adalah masa dimana negara mengambil langkah-langkah untuk meraup keuntungan dari masyarakat dengan sitem pajak yang kemudian diberlakukan juga untuk para nelayan. Hal ini menjadikan birokasi negara semakin kuat dan lebih stabil namun masyarakat nelayan hanya dapat tunduk dan menurut. 

Entek amek kurang golek adalah sebuah peribahasa/kalimat kiasan yang ada pada masyarakat nelayan konsumerisme dimana mereka dianggap tidak memperhatikan masa depan dengan membelanjakan uang mereka secara boros. Uang bagi mereka dianggap sesuatu yang murah, jika memang uang itu kurang adanya untuk memenuhi kebutuhan maka masih ada banyak uang diluar sana untuk diambil. Penulis berpendapat bahwa para nelayan ini hanyalah orang-orang yang terperangkap dalam kerja keras dan angan-angan kolektif sumber daya dan kekayaan alam yang berlimpah padahal pada saatnya kekayaan alam itu sedikit demi sedikit akan habis juga. 

Jumat, 05 Desember 2014

REVIEW FILM QUILLS dan HUBUNGANNYA DENGAN POLA PIKIR SERTA KEBUDAYAAN MANUSIA


Film quills menceritakan tentang seorang pujangga dan penulis novel fiksi beraliran pornografi Marquis de sade. Karena tulisan-tulisannya yang nyeleneh membuat Marquis dianggap gila dan ia kemudian dimasukkan ke sebuah rumah sait jiwa di Charenton. Rumah sakit jiwa ini diawasi oleh Abbe du coulmier yang juga seorang pastor. Di dalam rumah sakit jiwa ini Marquis mempunyai tempat yang lebih mewah dari yang lainnya dimana ia bisa membawa barang-barang pribadinya dan dierbolehkan menulis karena menurut Abbe dengan menuis bisa membuat Marquis cepat sembuh. Di rumah sakit jiwa ini Marquis malah semakin terkembang imajinasinya dan menulis kembali kisah-kisah berbau pornografi yang ia beri judul justine, karyanya ia selundupkan lewat petugas laundry rumah sakit jiwa Charenton yang bernama Maddy untuk diterbitkan. Maddy menyelundupkan karya Marquis lewat penunggang kuda tanpa nama yang menunggu di luar rumah sakit. Karya terbarunya ini kemudian terbit dan beredar di pasar gelap dengan menuai penjualan yang laris.
Cerita tentang novel karangan Marquis ini terdengar oleh kaisar napoleon bonaparte dan membuatnya sangat berang dan memerintahkan semua buku yang beredar harus segera dimusnahkan dan penulisnya ditembak mati. Dokter royer Collard kemudian dikirim untuk melihat kehidupan Marquis di Charenton dan Di lain tempat Abbe mengajari Maddy menulis dan membaca sehingga.Dokter Collard menyampaikan kepada Abbe bahwa tulisan Marquis telah diterbitkan dan membuat gempar prancis kala itu, hal ini tentu saja membuat Abbe bingung karena rumah sakitnya tidak pernah memperbolehkan Marquis untuk mempublikasikannya dan memaksa Marquis untuk bersumpah tidak melakukannya lagi.
Dokter Collard menyunting seorang anak remaja dari biara di paris untuk dijadikan sebagai istrinya yang bernama Simone dan ia diberi sebuah rumah oleh kaisar dan kemudian direnovasi dengan bantuan seorang arsitek muda bernama Prioux. Pernikahan dokter Collard yang sudah tua dan Simone yang dibawah umur membuat banyak gosip di rumah sakit dan kemudian mendorong Marquis membuat skenario lelucon untuk acara teather di  Charenton. Saat pementasan drama seorang pasien yaitu bouchon mengganggu Maddy sehingga Maddy terpaksa memukulnya dengan setrika arang yang panas dan mengganggu pertunjukkan. Drama teather itu membuat dokter Collard merasa disindir dan malu sehingga ia memutuskan untuk menutup teather rumah sakit dan tidak akan diadakan lagi. Abbe menyita seluruh alat tulis Marquis agar marqis tidak dapat menulis lagi, dan Marquis merasa tersiksa arena tidak dapat menulis kembali namun ia tidak kehilangan akalnya untu menulis. Marquis menggunakan anggur sebagai tinta dan menulis pada sprei putihnya sebagai pengganti kertas.
Maddy suatu pagi mengambil sprei para pasien untuk dicuci namun saat di kamar Marquis ia merasa terkejut karena ia melihat tulisan-tulisan Marquis yang membuat ia sangat senang. Namun hal ini membuat masalah baru karena saat sprei itu dicuci menimbulkan noda merah yang mencurigakan sehingga membuat dokter Collard menyelidikinya dan setelah diketahui sprei itu adalah milik Marquis membuat Abbe marah dan memutuskan untuk menyita semua barang-barang di kamar Marquis, Abbe hanya menyisakan sebuah kaca dan pakaian yang dipakai Marquis di dalam kamarnya. Marquis kembali merasa hancur karena ia kembali tidak bisa menulis, ia bisa melakukan apapun agar ia dapat menulis kembali bahkan seperti yang ia lakukan selanjutnya dengn memecahkan kaca kemudian melukai jari-jarinya agar darahnya dapat dijadikan tinta dan baju, jas, kaos kai, serta sepatunya ia jadikan sebagai pengganti kertas.
Maddy mengunjungi Marquis untuk mengantarkan makanan padanya dan kemudian melihat jari-jari Marquis yang kulitnya telah banyak terkelupas, Marquis meminta Maddy masuk ke kamarnya dan melihat apa yang telah ia tulis di seluruh pakaiannya, Maddy terlihat senang namun saat akan mengunci pintu Marquis kembali seorang pelayan melihatnya dan melaporkan Maddy pada dokter Collard karena telah membantu Marquis. Marquis ditelanjangi sedangkan Maddy dihukum cambuk oleh dokter Collard namun Abbe membuka ikatan Maddy dan menawarkan dirinya untuk menggantikan Maddy sehingga Maddy terbebas dari hukumannya dan Abbe tidak dicambuk.
Simon yang tidak tau tentang dunia kedewasaan mencari tau dari mana ia dapat mempelajarinya, ia mencari salinan novel justine karya Marquis yang masih tersisa. Setelah membacanya simon mulai tertarik pada arsitek Prioux dan menggodanya, karena pengaruh dari novel Marquis simon dan Prioux melakukan hubungan terlarang lalu melarikan diri bersama-sama setelah menulis surat pada dokter Collard. Mengetahui istrinya melarikan diri membuat dokter Collard marah besar dan menuduh Marquis lah yang menyebabkan ini terjadi kemudian ia menyiksa Marquis dengan menceburkannya kedalam air menggunakan alat dari besi. Abbe memutuskan agar Maddy dipindahkan jauh dari Marquis dan sebelum Maddy pergi ia berkata pada Marquis jika ia ingin mendengar cerita Marquis untuk yang terakhir kalinya.
Marquis mempunyai ide agar ia bisa menceritakan kisahnya pada Maddy dengan cara membisikkannya pada pasien-pasien lain di sebelah kamarnya untuk kemudian disampaikan pada Maddy yang menunggu di ujung ruang untuk mencuci sprei. Ditengah-tengah cerita seorang pasien membuat kebakaran yang kemudian menjadikan suasana rumah sakit menjadi kacau dan tidak terkendali. Pasien bouchon yang tertarik dengan cerita yang dibisikkan Marquis mempraktekkannya pada Maddy dan ia membunuhnya. Ibu Maddy yang buta menemukan jasad anaknya dalam tong pencucian sprei. Marquis kembali dihukum dan kali ini Abbe tidaksegan-segan memotong lidah Marquis yang telah banyak membuat masalah. Abbe sangat terpukul dan menyalahkan Marquis atas kematian Maddy, Abbe memotong lidah Marquis dan mengurungnya dibawah tanah, dalam kesedihannya Abbe teringat akan perasaannya pada paddy yang tidak dapat ia utarakan karena dirinya seorang pastor sampai ia bermimpi menyetubuhi Maddy dan melihat patung yesus yang menangis darah lalu ia terbangun dalam keadaan yang sangat buruk. Abbe dibangunkan oleh penjaga karena Marquis lagi-lagi membuat masalah dengan menulis kembali di dinding penjara bawah tanah tempatnya dikurung menggunakan kotorannya sendiri. Saat menemui Marquis yang telah tak berdaya Abbe sadar bahwa Marquis sedang sekarat menjelang kematiannya ia meminta Marquis untuk bertobat dan mendoakan Marquis namun saat Abbe meminta Marquis untuk mencium salib yang ia pegang, Marquis malah menelan salib itu hingga ia tersendak dan mati.



MANUSIA, POLA PIKIR, DAN KEBUDAYAAN
Manusia sebagai objek dari antropologi mempunyai pola pikir yang bervariasi setiap individunya, kebudayaan dalam kelompok manusianyalah yang menyamakan konsep pola pikir mereka. Manusia membutuhkan seks sebagai kebutuhannya setelah berkeluarga umumnya namun tidak semua manusia membutuhkan seks setelah berkeluarga, sebelum berkeluargapun beberapa manusia sudah sangat butuh dan terobsesi akan seks. Konsep seks bagi setiap orang berbeda-beda seperti yang tertuang dalam film qills dimana bagi marquis seks adalah sebuah keindahan manusiawi, bagi Abbe yang merupakan pastor seks adalah larangan, sedangkan bagi dokter Collard yang impoten seks tidak dapat memuaskan manusia sehingga ia menggap kekayaanlah yang dapat memuaskan manusia. Namun pola pikir individu tidak dapat mempengaruhi pola pikir kebudayaan yang lebih kompleks dan tersusun sedemikian rupa bahwa seks dan pornografi pada saat itu adalah tabu sehingga kaisar Napoleon Bonaparte memerintahkan untuk memusnahkan semua karangan Marquis karena dianggap tidak bermoral. Konsep berfikir yang berbeda pada masing-masing pemain tentang seks membuktikan bahwa bervriasinya pola pikir manusia namun tetap saja pola pikir individu tersebut tidak akan mampu mengubah pola pikir kebudayaan yang dimiliki bersama oleh sekelompok individu-individu (masyarakat). Kebudayaan yang mengikat setiap individu ini membuat para individu yang mempunyai pemikiran berbeda takluk di dalamnya dan akan sangat sulit untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan menurut cara mereka sendiri.
Apakah kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun apakah suatu saat akan berubah? Jawabannya adalah iya karena lambat laun kebudayaan akan berevolusi juga seperti yang terjadi pada masyarakat barat saat ini yang tidak menganggap seks adalah tabu lagi dan hal yang hanya bisa dilakukan setelah menikah saja bahkan masyarakat barat saat ini tidak malu jika secara terang-terangan mereka mempertontonkan seks yang mereka lakukan. Kebudayaan barat juga mulai mempengaruhi kebudayaan orang timur saat ini seperti banyaknya remaja yang hamil di luar nikah di Indonesia yang dahulunya sangat memegang budaya ketimurannya.


KONSEP PRIVILAGE LAKI-LAKI JAWA

  • Garwa   (istri)

Istri dalam konteks ini selain dilihat dari jasmani dan rohaninya juga haruslah bisa menjadi bendahara yang baik/ pengatur keuangan.


  •  Griya     (rumah )


Rumah bukan hanya menjadi tempat berteduh dari panas matahari dan hujan tapi juga menunjukkan karakteristik pemiliknya.

  • Curiga   (senjata)

Pada dahulunya laki-laki jawa mempunyai keris sebagai senjata namun hari ini keris sudah dianggap kuno dan ketinggalan jaman sehingga tidak semua laki-laki jawa saat ini ingin mempunyai keris.

  •  Turangga (kendaraan)

Tunggangan orang jawa pada jaman dulu adalah kuda dan kereta namun saat ini telah beralih menjadi sepeda motor akibat dari perceparan globalisasi. Jika dahulu seseorang yang mempunyai kuda sudah dianggap orang kelas menengah dan mempunyai kereta sebagai orang kelas atas namun pada hari ini terjadi pula antara vespa dan ninja meskipun pada kenyataannya entah kendaraan tersebut milik sendiri, kredit, ataupun rental. Lalu pada jaman kerajaan majapahit dulu adakah kredit kuda atau rental kereta?
  • kukila   (perkutut)


kukila disini tidak hanya berarti bahwa laki-laki jawa harus mempunyai hewan peliharaan burung perkutut, hal ini juga mencangkup mempunyai hewan peliharaan lain atau hobi yang sangat disenangi seperti memancing misalnya. 

Kamis, 04 Desember 2014

“Review” SALAH SATU TULISAN DIDALAM BUKU PERMAINAN TAFSIR MENDUDUKI JALAN GEJAYAN

(DONGENG SERAT PERLAWANAN MASSA RAKYAT)

KARANGAN KIRIK ERTANTO

Luaiyibni Fatimatus Zuhra
135110801111014
Antropologi Sosial
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Brawijaya



Jalan mempunyai peranan yang sangat kompleks dengan salah satunya adalah  sebagai tempat politik mengibarkan benderanya, Jalan menjadi panggung politik raksasa yang tidak tanggung-tanggung untuk melumpuhkan kekuatan paling besar sekalipun dimana jalanan juga mampu menggulingkan kekuasaan pemimpin tertinggi negara. Pada 21 mei tahun 1998 presiden soeharto lengser dari jabatannya yang telah didudukinya selama tiga puluh dua tahun, lengsernya pak harto berawal dari aksi demonstrasi besar-besaran para mahasiswa yang turun ke jalan.
***
Penulis dalam tulisannya berargumen bahwa politik sepenuhnya adalah pertarungan tafsir, politik terjalin dngan penentuan pembatasan dalam komunikasi sekaligus mengenai perhatian terhadap apa yang boleh dikatakan dan mana yang tidak boleh diucapkan serta mana yang boleh dilihat dan tidak boleh dilihat. Politik tidak lagi ditentukan oleh siapa yang sedang memainkan simbol pemenang tapi siapakah yang menentukan simbol permainannya dan siapa pemegang legitimasinya.
Tulisan ini mengajak pembacanya mengingat aksi demonstrasi yang berlangsung di jalan Gejayan dimana harian Bernas menuliskan bahwa demo ini adalah “Demo Terpanjang Di Yogya” yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan para mahasiswa Universitas Atmajaya beserta elemen masyarakat yang tergabung dalam organisasi Solidaritas Mahasiswa Untuk Revormasi (SOMASSI) menuntut pertanggung jawaban presiden Soeharto atas krisis ekonomi yang terjadi hingga bentrokan antar aparat keamanan (ABRI) dan mahasiswa. Para demonstran berusaha menduduki sepanjang jalan gejayan hingga selepas senja dengan membakar ban bekas, merobohkan pohon, menggeser pot bunga besardari trotoar ke tengah jalan raya agar dapat merintangi laju aparat keamanan ketika mengejar para demonstran. Peristiwa Bentrokan Pada Tanggal 5 Dan 8 Mei 1998 ini dikenal dengan peristiwa “menduduki jalan Gejayan” dan mengakibatkan korban tewas dari pihak demonstran akibat bentrokan fisik dengan aparat keamanan yang kemudian bukti fotonya dipampang pada halaman pertama harian Bernas tanggal 9 mei 1998.
Bagi pihak keamanan masalah demonstrasi harus cepat diselesaikan karena hal ini dalam rangka menertibkan kehidupan sosial, termasuk aktivtas masyarakat dalam menyuarakan sikap kritisnya melalui aksi massa. Namun bagi para mahasiswa para keamanan ini hanyalah orang-orang yang telah turun derajatnya dimana ia seharusnya menjadi pelindung negara malah digunakan sebagai alat pelindung bagi segelintir orang berkepentingan beserta keluarganya.  Bagi peserta demonstrasi yang bukan mahasiswa dengan mengikuti demo merupakan peluang dimana ia bisa melawan polisi bersama-sama namun dibalik itu para demonstran malah dianggap sebagai pemberontak oleh aparat ABRI yang telah melakukan aksi anarkisme dan mengganggu ketertiban umum. Aksi-aksi keberingasan anggota ABRI membeberkan sebuah kebenaran bahwa para aparat keamanan ini selalu merasa sebagai pemilik kebenaran sehingga ia bisa melakukan apapun pada mereka yang dianggap bersalah.  
Demonstrasi mahasiswa hanya dapat dilakukan di dalam kampus saja karena jika demonstrasi dilakukan dijalan maka akan mendapat tidak langsung dari kepolisian lalu dimanakah letak aspirasi mahasiswa yang juga merupakan rakyat indonesia? Jika hanya di dalam kampus saja apakah aspirasi mahasiswa akan didengar atau hanya dianggap ocehan semata? Saya lebih setuju jika demonstrasi diturunkan ke jalan karena hal ini akan lebih didengar dan mendapatkan respon yang lebih cepat. Apa gunanya berkoar-koar didalam sebuah ruangan akademis tapi tidak terdengar?.
Artikel ini mempunyai hubungan yang erat dengan aksi turuk ke jalan yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negri Makkasar dengan menutup jalan AP Petanani menuntut kenaikan harga BBM bersubsidi mengingat jika harga BBM naik maka harga sembako dan yang lainnya juga akan merangkak naik hingga rakyat miskinpun akan terus terhimpit. Demonstrasi ini juga mengakibatkan bentrok antara mahasiswa dan aparat kepolisian hingga para wartawanpun tak luput menjadi korban para aparat kepolisian. [1] Demonstrasi ini merupakan aspirasi mahasiswa agar mereka didengar dan keadilan bagi para rakyat terutama rakyat miskin diperhatikan.



[1] Liputan “METRO HARI INI” tanggal 13 november 2014.

“Review” ARTIKEL SISTEM HUKUM SEBAGAI KONTROL SOSIAL


(identifikasi dan proyeksi pemecahan masalah mentalitas dalam perspektif hukum)

Oleh Sardi Isra (Guru Besar Hukum Tata Negara Dan Direktur Pusat Studi Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang)


Luaiyibni fatimatus zuhra
135110801111014
Antropologi Sosial
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Brawijaya



Jus istud non humani generis proprium est, sed omnium animalium, quae in caelo, quae in terra, quae in mari nascuntur. (ulpinianus)
Hukum selalu menyertai maju mundurnya peradaban manusia karena dimana ada hukum disitulah ada masyarakat. Hukum tidak mengambil jarak dengan manusia atau sebaliknya sebab hukum itu inheren dengan manusia. Para pakar hukum dan filsuf sepakat bahwa hukum itu ada bersamaan dengan keberadaan manusia. Komunitas manusia dalam sebuah negara menjadi objek dari hukum dan hukum digunakan sebagai kontrol sosial yang berasal dari pemerintah. Semua hukum adalah kontrol sosial namun tidak semua kontrol sosial adalah hukum, hukum adalah sebagian kecil dari kontrol sosial.
Sebagai alat kontrol, hukum tidak hanya diletakkan sebagai norma yang mengatur lalu lintas pergaulan antar manusia di dalam negara, melainkan juga mengatur dan menjamin agar bagaimana kekuasaan negara tidak melampaui batas-batas tertentu sehingga dianggap merugikan rasa keadilan manusia yang hidup di dalamnya. Hukum ditujukan untuk mewujudkan pengayoman bagi manusia secara pasif dengan mencegah tindakan sewenang-wenang, dan secara aktif menciptakan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi. Hukum diletakkan sebagai alat untuk mengontrol kekuasaan agar kekuasaan tersebut tidak melampaui wewenang dan pada gilirannya akan merusak keseimbangan sosial. Gagasan revousi mental yang dikemukakan oleh presiden terpilih 2014 Joko Widodo bertujuan untuk mendorong pembentukan karakter bangsa dan identitas nasional yang kuat dimana hukum dijadikan salah satu alat untuk mendorong berhasilnya agenda revolusi mental.
SISTEM HUKUM DAN SISTEM KONTROL SOSIAL
Sistem hukum merupakan bagian dari sistem kontrol sosial yang artinya melakukan kontrol sosial adalah bagian dari fungsi sistem hukum. Sistem hukum memerintahkan setiap orang apa yang harus dan jangan dilakukan dengan menjunjung tinggi aturan-aturannya dengan paksa. Hukum digunakan sebagai alat membentuk pola hubungan tertentu dalam masyarakat negara yang dikehendaki oleh sebuah pemerintahan negara.
Lawrence M Friedman menilai bahwa barhasil atau tidaknya hukum dalam melaksanakan fungsinya akan bergantung pada tiga komponen sistem hukum yaitu :
1.       Substansi hukum (legal subtance)
2.       Struktur hukum (legal structure)
3.       Budaya hukum (legal culture)
IDENTIFIKASI DAN JALAN REVOLUSI MENTAL DALAM SISTEM HUKUM
Pembentukan undang-undang berada di dalam sebuah ruang proses politik yang di dalamnya terjadi dialog, debat, dan dinamika berbagai kepentingan anak bangsa. Debat dalam membentuk undang-undang harus dijauhkan dari dinamika sekedar menaikkan posisi tawar demi melakukan barter kepentingan kelompok politik di lembaga perwakilan yang justru merugikan rakyat.
Revormasi sektor sub sistem struktur hukum haruslah diarahkan pada pembangunan karakter dan mentalitas penegak hukum melalui berbagai cara yang ada terutama pendidikan, mulai dari yang terendah hingga pendidikan tinggi. Selain itu pendidikan yang paling penting adalah di tingkat keluarga dan lingkungan.
Pada ranah budaya hukum, bangsa ini telah dihada pkan pada budaya instan yang lebih cepat kalau perlu semua masalah ingin diselesaikan dengan cepat meskipun dengan jalan pintas. Kondisi tersebut didukung oleh kondisi hukum yang kadang menyulitkan para pencari keadilan. Dalam hal ini praktik calo, suap, dan memilih jalan pintas lainnya menjadi hal satu-satunya yang dapat dilakukan sehingga menjadi kebiasaan yang sulit dilepaskan.

Revolusi mental dapat menyentuh semua sub sistem hukum yang ada dan pada ranah itu pula sistem hukum dapat turut serta berkontribusi untuk terwujudnya agenda revolusi mental menuju ke sebuah situasi sehat mental. Reformasi sitem hukum juga sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya manusia penegak hukum yang berintegritas. Sebab proses itulah yang akan berkontribusi besar untuk terjadinya pembiakan orang-orang baik yang nantiya akan mengisi semua lini sistem hukum.  

TERMINAL GAK LENGKAP KALO GAK ADA INI...!

Suasana setiap terminal rasanya selalu sama adanya mulai dari berebut masuk bis, berebut kursi bis, suara nyaring kondektur, pengamen, bau pesing dan identik dengan penjual tahu, minuman dingin, kacang, es teh, es degan, rokok, permen, tissue, dan kerupuk tahu.





UKURAN KEBAIKAN YANG BERLAKU PADA MASYARAKAT INDONESIA


Ukuran kebaikan adalah tindakan kongkret manusia sehingga pikiran, rasa, dan situasi akan ikut menentukan baik buruknya tindakan kongkret itu. Dalam hal ini penentu baik dan dan buruknya tindakan kongkret ituadalah kata hati orang yang bertindak.  Dalam tulisan ini akan menjelaskan ukurang kebaikan pada masyarakat indonesia.
Masyarakat indonesia yang heterogen dan menganut demokrasi  merupakan masyarakat yang mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan individu bahkan hukum undang-undang yang berlaku di dalamnya namun hal ini tidak membuat indonesia kemudian mengesampingkan hak asasi manusia karena setiap manusia mempunyai hak yang sama dan indonesia juga merupakan negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Contoh dari masyarakat indonesia yang mementingkan kepentingan bersama adalah untuk menertibkan, mensejahteran, dan memberi kenyaman para masyarakat indonesia maka dibuatlah peraturan diharuskan membayar pajak yang nantinya uang yang dibayarkan oleh masyarakat tersebut akan dipakai untu kepentingan bersama seperti pembangunan jalan dan sebagainya. Contoh dari masyarakat indonesia yang peduli dan menjunjung tinggi hak asasi manusia adalah adanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dimana tidak hanya seorang laki-laki saja yang berhak menjadi seorang pemimpin karena seorang perempuanpun juga dapat duduk di kursi pemerintahan.  
Indonesia mempunyai ideologi bangsa yaitu pancasila yang terdiri dari lima asas :
1.       Ketuhanan Yang Maha Esa
2.       Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3.       Persatuan Indonesia
4.       Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
5.       Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dengan berdasarkan ideologi pancasila ini dapat disimpulkan bahwa aliran-aliran kebaikan yang ada pada masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :
1.       Religiosisme
Religiosisme adalah aliran yang mengatakan bahwa ukuran kebaikan adalah apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak baikah kalau tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Religiosisme mempunyai pengertian yang sama dengan bunyi sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)dimana masyarakat Indonesia sangat berpegang teguh pada ketuhanan YME.
2.       Humanisme
Humanisme berpendapat bahwa apa yang baik adalah  apa yang sesuai dengan kodrat manusia yakni kemanusiaannya.aliran ini juga selaras dengan bunyi sia kedua yaitu (kemanusiaan yang adil dan beradab) dimana masyarakat Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dengan mengakui persamaan derajat setia manusia yang lahir di dunia dan menghormati setiap manusia.
3.       Utilitarisme
Utilitarisme adalah aliran yang berpendapat bahwa apa yang baik itu dinilai baik adalah jika sesuatu tersebut berguna baik bagi umum atau individu sedangkan persamaan yang sama juga ada pada bunyi sila ketiga (persatuan indonesia) dimana maksud dalam sila ini adalah adanya persatuan untuk sebuah hal yang berguna bagi seluruh nusa dan bangsa. Namun dalam aliran utilitarisme juga mempunyai ketidaksamaan dengan bunyi sila ketiga ini karena utilitarisme masih mengendepankan sesuatu yang berguna bagi individu maupun sosial saja dibandingkan kepentingan bangsa dan negara.  
4.       Vitalisme
Vitalisme adalah aliran yang berpendapat bahwa hal yang baik adalah sesuatu yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia contohnya adalah setiap orang ingin menjadi pemenang dan pemimpin, bunyi dalam sila keempat (kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan) mencerminkan sebuah kepemimpinan dalam musyawarah yang di dalamnya juga merupakan musyawarah antar manusia yang menjadi pemimpin.
5.       Sosialisme
Sosialisme adalah aliran yang berangggapan bahwa ukuran kebaikan sangat bergantung pada apa yang dianggap baik oleh masyarakat selaras dengan bunyi sila kelima (keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia) dimana setiap orang berhak mendapatkan keadilan dalam sosialnya.
6.       Hedonisme
Hedonisme adalah aliran dalam kebaikan yang beranggapan bahwa ukuran kebaikan adalah apa yang membawa kepuasan atau kenikmatan. Hal ini contohnya adalah masyarakat-masyarakat indonesia yang selalu mencari keuntungan dan kenimatan dimana kadang-kadang mereka mengambil jalan pintas seperti korupsi untuk memenuhi kepuasan mereka akan materi dan kenikmatan dunia.