DIFERENSIASI SOSIAL
Diferensiasi sosial adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukkan adanya suatu tingkatan (hierarki). Artinya, tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah.
Diferensiasi sosial dalam masyarakat ditimbulkan oleh adanya ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. Ciri fisik yang berkaitan dengan ras.
2. Ciri sosial yang berkaitan dengan fungsi warga masyarakat dalam kehidupan sosial.
3. Ciri budaya, biasanya orang cenderung membedakan atas dasar perbedan kebudayaannya.
BENTUK DIFERENSIASI SOSIAL
Sebagai perwujudan pembagian sosial yang tidak bertingkat, maka faktor-faktor yang dijadikan dasar pembedaan juga tidak menunjukkan adanya tingkatan. Ada enam macam bentuk diferensiasi sosial, yaitu:
1. Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan ras
2. Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan agama
3. Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin
4. Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan profesi
5. Diferensiasi sosial berdasarkan klan
6. Diferensiasi sosial berdasarkan suku bangsa
DIFERENSIASI SOSIAL BERDASARKAN AGAMA
Diferensiasi sosial berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan sosial bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut umat.
Menurut Emile Durkheim (1976), agama adalah salah satu sistem kepercayaan beserta praktiknya, berkenaan dengan hal-hal yang sakral yang menyatukan pengikutnya dalam suatu komunitas moral. Agama berisi tentang:
a. sesuatu yang dianggap sakral, melebihi kehidupan duniawi dan menimbulkan rasa kekaguman dan penghormatan;
b. sekumpulan kepercayaan tentang hal yang dianggap sakral
c. penegasan kepercayaan dengan melaksanakan ritual, yaitu aktivitas keagamaan,dan
d. sekumpulan kepercayaan yang ikut dalam ritual yang sama.
Dari contoh yang terdapat dalam sejarah bisa diambil kesimpulan bahwa kepercayaan mempunyai pengaruh pada kehidupan masyarakat, dan sebaliknya, keadaan masyarakat mempengaruhi pula kepercayaan.
Sebagai salah satu dasar ikatan, agama berbeda dengan dasar ikatan lain, seperti keturunan, ras, suku, bangsa, ataupun pekerjaan. Dapat dikatakan agama merupakan bagian yang sangat mendalam dari kepribadian atau privacy seseorang, karena agama selalu bersangkutan dengan kepekaan emosional.
DEFINISI AGAMA
Agama ialah suatu jenis sistem sosial yang yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayainya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.
- Agama disebut jenis sistem sosial : hal ini menjelaskan bahwa agama adalah suatu fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan, suatu sistem sosial yang dapat dianalisis, karena terdiri atas suatu kompleks kaidah dan peraturan yang dibuat saling berkaitan dan terarahkan kepada tujuan tertentu.
- Agama berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris : ungkapan ini menjelaskan bahwa agama itu khas berurusan dengan kekuatan-kekuatan dari “dunia luar” yang di-“huni” oleh kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan manusia dan yang dipercayai sebagai arwah, roh-roh, dan roh tertinggi.
PERAN AGAMA DALAM MASYARAKAT
1. agama sebagai motivator : agama memberikan dorongan batin/motif, akhlak dan moral manusia yang mendasari dan melandasi cita-cita dan perbuatan manusia dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan, termasuk segala usaha dalam pembangunan.
2. Agama sebagai creator dan innovator : agama memberikan dorongan untuk bekerja kreatif dan produktif dengan penuh dedikasi untuk membangun kehidupan dunia dan akhirat yang lebih baik. Agama juga mendorong adanya pemberuan dan penyempurnaan (innovatif)
3. Agama sebagai integrator : agama menyerasikan segenap aktifitas manusia baik secara perorangan maupun kelompok masyarakat.agama mengajarkan kehidupan rukun tetram damai dan bekerja sama dalam mencapai kesejahteraan lahir batin.
4. Agama sebagai sublimator : agama berfungsi untuk mengkuduskan segala perbuatan manusia sehingga perbuatan manusia bukan saja bersifat keagamaan tetapi juga perbuatan yang dijalankan dengan tulus dan ikhlas dan penuh pengabdian secara agama, bahwa segala pekerjaan yang baik merupakan bagian pelaksanaan ibadah insan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama sebagai sumber inspirasi budaya bangsa : agama melahirkan hasil budaya fisik berupa cara berpakaian, gaya arsitektur, dan lain-lain.
LINGKUP AGAMA
Berdasarkan pengamatan analitis atas kawasan agama sebagai obyek sosiologi, kita dapat membedakannya dalam tiga kawasan agama:
1. Kawasan putih
2. Kawasan hijau
3. Kawasan hitam
Istilah yang dipakai dalam bahasa sehari-hari itu dimaksud untuk memudahkan pendekatan terhadap masalahnya, dan untuk memahami motivasi manusia beragama secara baik.
Kawasan putih
Suatu kawasan dimana kebutuhan manusiawi yang hendak dicapai masih dapat diraih dengan kekuatan manusia itu sendiri. Manusia tidak perlu lari kepada kekuatan yang supra empiris. Dengan akal budinya yang dibantu oleh teknologi maka usahanya dapat berhasil. Orang di dalam kawasan putih lebih cepat lari pada kekuatan “gaib” untuk meminta bantuan karena sempitnya pengetahuan mereka tentang agama dan ketuhanan dalam agama.
Kawasan hijau
Meliputi daerah usaha dimana manusia merasa aman dalam artian akhlak (moral). Dalam kawasan ini tingkah laku manusia diatur oleh norma-norma rasional yang mendapat pengesahan oleh agama. Misalnya hal yang berkaitan dengan hidup kekeluargaan, perkawinan, warisan, dan hal-hal lain yang merupakan peraturan manusia namun disahkan oleh agama yang dianutnya. Dengan adanya pengesahan itulah kemudian tidak ada kebimbangan dan keraguan yang membayari manusia di “kawasan hijau”.
Kawasan hitam
Meliputi daerah usaha dimana manusia secara mendasar dan mengalami kegagalan total yang disebabkan ketidakmampuan mutlak manusia itu sendiri. Kawasan ini disebut daerah hitam atau gelap karena akal manusia tidak sanggup menangkap hakekat kekuatan “luar” (agama), karena manusia itu menganggap “Dia” (Tuhan) berada di luar jangkauan pengalamannya. Walaupun demikian orang-orang dalam kawasan ini masih dapat menemukan jalannya dalam agama dengan mengerti cara-cara atau mengenal ritual-ritual yang harus ditaati agar bertemu dengan “Dia”. Dengan ini manusia dapat mengatasi masalah-masalah yang paling mendasar dari dalam dirinya seperti ketidakpastian,ketidakmampuan, dan kelangkaan.
Ketika orang-orang dalam kawasan hitam telah dapat betemu dengan “Dia” akan merasa aman dan penuh jaminan. Di dalam kawasan hitam dimana manusia dihadapkan dengan teka-teki yang tak terjawab, sosiologi agama mencoba menelusuri masalahnya hingga manusia tersebut sudah sampai pada “titik putus” itu masih dapat mempunyai arti penting bagi dirinya dan masyarakat berkat hubungan dengan “Dia” yang dapat ia temukan dalam agama.
PENELITIAN AGAMA DENGAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Sosiologi agama dirumuskan secara luas sebagai suatu studi tentang interrelasi dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi diantara mereka. Anggapan para sosiolog bahwa dorongan-dorongan, gagasan-gagasan, dan kelembagaan agama mempengaruhi, dan sebaliknya juga dipengarruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial adalah tepat. Seorang sosiologagama bertugas menyelidiki bagaimana tata cara masyarakat, kebudayaan dan pribadi-pribadi mempengaruhi agama, sebagaimana agama itu sendiri mempengaruhi mereka. Kelompok-kelompok yang berpengaruh terhadap agama, fungsi-fungsi ibadat untuk masyarakat, tipologi dari lembaga-lembaga keagamaan dan tanggapan-tanggapan agama terhadap ttata duniawi, interaksi langsung dan tidak langsung antara sistem-sistem religius masyarakat dan sebagainya termasuk bidang penelitian sosiologi agama.
Yang dimaksud kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan adalah pranata-pranata sosial yang menjadi infrastruktur tegaknya agama dalam masyarakat, yang meliputti organisasi keagamaan (sekte, cult, ormas keagamaan), pemimpin keagamaan (ulama, kiai, pendeta), pengikut suatu agama (jamaah, umat), upacara-upacara keagamaan (ritus, ibadah, kebaktian, doa), sarana peribadatan (masjid, gereja, pura), dan proses sosialisasi doktrin-doktrin agama (sekolah, pesantren).
Contoh diferensiasi sosial berdasarkan agama adalah perbedaan agama mahasiswa Universitas Brawijaya. Universitas Brawijaya merupakan universitas negri yang mempunyai banyak mahasiswa dan dari sekian banyaknya mahasiswa dan mahasiswi Universitas Brawijaya menunjukkan bahwa dalam Universitas Brawijaya terdapat pula banyak perbedaan agama yang dianut oleh para mahasiswanya yang datang dari berbagai kalangan dan berbagai daerah, dalam atau luar negri.Dalam menyikapi perbedaan tersebut, Universitas Brawijaya mewadahinya dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Minat Kesejahteraan Mahasiswa dalam bidang agama diantaranya yaitu:
a. UAK Kerohanian Islam
b. UAK Katolik
c. UAK Kristen
d. UAK Hindu
e. UAK Budha
Meskipun dalam kehidupan perkuliahan terdapat banyak sekali ragam agama yang dianut oleh para mahasiswa itu tidak menimbulkan konflik antar mahasiswa karna perbedaan agama karena mereka merupakan satu kesatuan sama-sama mahasiswa Universitas Brawijaya meski dalam perbedaan.
Upacara-upacara berlatar keagamaan juga sering diadakan di kampus seperti contohnya acara sholat idul adha bersama di lapangan rektorat Universitas Brawijaya, sholat idul jum’at bersama di masjid Raden Patah Universitas Brawijaya.
Pada tahun ajaran baru 2013 Universitas Brawijaya mengadakan acara Pendidikan Karakter Berbasis Religi (PKBR),Acara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk membentuk karakter mahasiswa yang berbudi luhur melalui konsep religius sebagai tonggak yang kokoh dalam proses pembelajaran dan kehidupan bermasyarakat. Dalam acara ini seluruh mahasiswa baru angkatan 2013 Universitas Brawijaya diwajibkan mengikuti acara tersebut selama satu semester dimana dalam acara tersebut mahasiswa dibimbing dan diarahkan menuju pembelajaran berbasis keagamaan sesuai kepercayaan masing-masing. Kegiatan ini berlangsung setiap hari sabtu atau minggu dan diisi dengan siraman rohani atau kajian keagamaan.
Hal itu membuktikan bahwa dalam suatu lingkup masyarakat terdapat diferensiasi sosial khususnya diferensiasi berdasarkan agama.
DAFTAR PUSTAKA
- Dr.H. Zulfi Mubaraq,Sosiologi agama (UIN-maliki press,2010)
- Dr. D.Hendropuspito,O.C, sosiologi agama (kanisius)
- Prof.Dr.Imam Suprayogo, Drs.Tobroni,M.Si, metodologi penelitian sosial agama (PT. Remaja Rosdakarya Bandung)
- S.Sos., Widhiyana, Anna Ratna. 2011. Buku Kerja SMA Sosiologi. (Surakarta: Suara Media Sejahtera)
- Sosiologi, Tim. 2006. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar