Jumat, 27 Juni 2014

PENDEKATAN POST STRUKTURALISME DIDALAM STUDI FOLKLORE


PENDEKATAN POST STRUKTURALISME

DIDALAM STUDI FOLKLORE
Martha C. Sims dan Martine Stephens dalam Bukunya Living Folklore

Luaiyibni fatimatus Zuhra
135110801111014
Antropologi sosial
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Brawijaya



Dalam Struturalisme, fungsionalisme, dan pendekatan psikoanalitik untuk menafsirkan cerita sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh dengan satu makna paling penting didalamnya sedangkan pada pendekatan post stukturalisme melihat sebuah cerita rakyat melihat hal lain didalamnya dengan mengorganisasi elemen-elemen dalam teks atau urutan peristiwa yang merupakan ide pokok dan mencari makna lain yang tergambarkan dalam setiap cerita tergantung dalam konteks kebudayaan serta sosialnya.
Beberapa ahli folklore menggunakan tiga pendekatan yaitu pertama menggunakan interpretasi feminis, kedua menggunakan etnografi timbale balik, ketiga menggunakan pemdekatan interseksional untuk menganalisis folklore untuk menghindari agar tidak adanya adanya merginalisasi kelompok, hirarki sosial, dan konstruksi identitas dalam analisis mereka.

Interpretasi feminis

       Para ahli folklore mulai mempertimbangkan pendekatan feminis dalam cerita rakyat dimana yelah banyak artikel telah membicarakan tentang perempuan. Tidak sama dengan pendekatan funsionalis ataupun strukturalis, para pendukung feminis berusaha untuk memperluas prespektif tentang perempuan dan tidak hanya dalam prespektif laki-laki. Hal ini diteliti berdasarkan beberapa hal menarik tentang cerita rakyat yang didominasi perempuan dan menghasilkan wawasan baru dalam cerita rakyat dimana sebuah cerita tidak hanya didominasi oleh pemeran laki-laki dan pemeran perempuan selalu dikontrol dalam kekuasaan lingkungan mereka sendiri.

Etnogafi  reprosikal

Etnografi reprosikal mengasumsikan bahwa kebanyakan orang tidak tahu cara berkomunikasi melalui folklore namun mereka hanya menafsirkan folklore melalui penafsiran mereka masing-masing.  Pendekatan ini menggabungkan pandangan para anggota masyarakat tentang folklore dan interpretasi kontekstual. Para ahli folklore bahkan mengakui bahwa mereka juga berputa-putar saja dalam analisis mereka sendiri dan bahkan teks mereka bisa menjadi sebuah etnosentris maka dari itulah mereka kemudian mewawancarai beberapa masyarakat yang kemudian mereka anggap sebagai konsultan untuk mencari pemahaman yang lebih kompleks dan mengomentari analisis mereka saat kajian para ahli ini telah selesai dibuat. Kesimpulannya para ahli folklore ini hanya terfokus pada penafsiran si “konsultan” lalu mereka menganalisis kembali menggunakan pendekatan interpreting folklore, pendekatan ini disebut sebagai pendekatan etnografi reprosikal seperti yang dilakukan oleh Elaine Lawness dalam penelitiannya.

Intersecsionality

Para ahli folklore mencari tahu bagaimana, kapan, dan mengapa masyarakat bisa berbagi cerita rakyat dan cara mereka berhubungan melalui kontak fisik, sosial, dan budaya yang mereka ekspresikan melalui tindakan komunikasi. Para ahli ini melihat bagaimana kemudian sebuah folklore dapat mempengaruhi kekuatan sosial dan politik melalui karakteristik psikologis dan emosional masyarakat. Pendekatan ini menggambarkan  cara folklore dapat berpengaruh pada masyarakat. Pendekatan ini juga memberikan dasar diskusi tentang masalah yang bekaitan dengan kekuasaan, gender, etnis, usia, dan dinamika sosial dalam masyarakat.
Pendekatan-pendekatan dalam studi folklore (cerita rakyat) menginterpretasikan tentang masyarakat yang berkomunikasi satu sama lain dalam konteks yang membentuk sebuah ekspresi budaya serta penafsiran teks dalam konteks. Perbedaan prespektive dalam analisis cerita rakyat telah meberikan cara lain untuk memahami konsep-konsep yang terkait dalam cerita rakyat serta kekuatan aspek sosial dan budaya dan bahkan aspek-aspek tersebut dapat mengekspresikan diri kita sendiri secara informal, artistic, dan kreatif. Secara kompleks sebuah cerita rakyat menyampaikan banyak pesan dan makna yang sangat kaya terhadap masyarakat.
-          Bagaimana sebuah cerita rakyat yang telah dianalisis menggunakan pendekatan feminism kemudian dapat berpengaruh dan bermakna pada masyarakat khususnya perempuan jika pada kenyataannya mereka tidak mengerti secara  utuh apa yang dimaksudkan dan fungsi dalam cerita tersebut selain hanya sebagai mitos belaka?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar