Jumat, 05 Desember 2014

REVIEW FILM QUILLS dan HUBUNGANNYA DENGAN POLA PIKIR SERTA KEBUDAYAAN MANUSIA


Film quills menceritakan tentang seorang pujangga dan penulis novel fiksi beraliran pornografi Marquis de sade. Karena tulisan-tulisannya yang nyeleneh membuat Marquis dianggap gila dan ia kemudian dimasukkan ke sebuah rumah sait jiwa di Charenton. Rumah sakit jiwa ini diawasi oleh Abbe du coulmier yang juga seorang pastor. Di dalam rumah sakit jiwa ini Marquis mempunyai tempat yang lebih mewah dari yang lainnya dimana ia bisa membawa barang-barang pribadinya dan dierbolehkan menulis karena menurut Abbe dengan menuis bisa membuat Marquis cepat sembuh. Di rumah sakit jiwa ini Marquis malah semakin terkembang imajinasinya dan menulis kembali kisah-kisah berbau pornografi yang ia beri judul justine, karyanya ia selundupkan lewat petugas laundry rumah sakit jiwa Charenton yang bernama Maddy untuk diterbitkan. Maddy menyelundupkan karya Marquis lewat penunggang kuda tanpa nama yang menunggu di luar rumah sakit. Karya terbarunya ini kemudian terbit dan beredar di pasar gelap dengan menuai penjualan yang laris.
Cerita tentang novel karangan Marquis ini terdengar oleh kaisar napoleon bonaparte dan membuatnya sangat berang dan memerintahkan semua buku yang beredar harus segera dimusnahkan dan penulisnya ditembak mati. Dokter royer Collard kemudian dikirim untuk melihat kehidupan Marquis di Charenton dan Di lain tempat Abbe mengajari Maddy menulis dan membaca sehingga.Dokter Collard menyampaikan kepada Abbe bahwa tulisan Marquis telah diterbitkan dan membuat gempar prancis kala itu, hal ini tentu saja membuat Abbe bingung karena rumah sakitnya tidak pernah memperbolehkan Marquis untuk mempublikasikannya dan memaksa Marquis untuk bersumpah tidak melakukannya lagi.
Dokter Collard menyunting seorang anak remaja dari biara di paris untuk dijadikan sebagai istrinya yang bernama Simone dan ia diberi sebuah rumah oleh kaisar dan kemudian direnovasi dengan bantuan seorang arsitek muda bernama Prioux. Pernikahan dokter Collard yang sudah tua dan Simone yang dibawah umur membuat banyak gosip di rumah sakit dan kemudian mendorong Marquis membuat skenario lelucon untuk acara teather di  Charenton. Saat pementasan drama seorang pasien yaitu bouchon mengganggu Maddy sehingga Maddy terpaksa memukulnya dengan setrika arang yang panas dan mengganggu pertunjukkan. Drama teather itu membuat dokter Collard merasa disindir dan malu sehingga ia memutuskan untuk menutup teather rumah sakit dan tidak akan diadakan lagi. Abbe menyita seluruh alat tulis Marquis agar marqis tidak dapat menulis lagi, dan Marquis merasa tersiksa arena tidak dapat menulis kembali namun ia tidak kehilangan akalnya untu menulis. Marquis menggunakan anggur sebagai tinta dan menulis pada sprei putihnya sebagai pengganti kertas.
Maddy suatu pagi mengambil sprei para pasien untuk dicuci namun saat di kamar Marquis ia merasa terkejut karena ia melihat tulisan-tulisan Marquis yang membuat ia sangat senang. Namun hal ini membuat masalah baru karena saat sprei itu dicuci menimbulkan noda merah yang mencurigakan sehingga membuat dokter Collard menyelidikinya dan setelah diketahui sprei itu adalah milik Marquis membuat Abbe marah dan memutuskan untuk menyita semua barang-barang di kamar Marquis, Abbe hanya menyisakan sebuah kaca dan pakaian yang dipakai Marquis di dalam kamarnya. Marquis kembali merasa hancur karena ia kembali tidak bisa menulis, ia bisa melakukan apapun agar ia dapat menulis kembali bahkan seperti yang ia lakukan selanjutnya dengn memecahkan kaca kemudian melukai jari-jarinya agar darahnya dapat dijadikan tinta dan baju, jas, kaos kai, serta sepatunya ia jadikan sebagai pengganti kertas.
Maddy mengunjungi Marquis untuk mengantarkan makanan padanya dan kemudian melihat jari-jari Marquis yang kulitnya telah banyak terkelupas, Marquis meminta Maddy masuk ke kamarnya dan melihat apa yang telah ia tulis di seluruh pakaiannya, Maddy terlihat senang namun saat akan mengunci pintu Marquis kembali seorang pelayan melihatnya dan melaporkan Maddy pada dokter Collard karena telah membantu Marquis. Marquis ditelanjangi sedangkan Maddy dihukum cambuk oleh dokter Collard namun Abbe membuka ikatan Maddy dan menawarkan dirinya untuk menggantikan Maddy sehingga Maddy terbebas dari hukumannya dan Abbe tidak dicambuk.
Simon yang tidak tau tentang dunia kedewasaan mencari tau dari mana ia dapat mempelajarinya, ia mencari salinan novel justine karya Marquis yang masih tersisa. Setelah membacanya simon mulai tertarik pada arsitek Prioux dan menggodanya, karena pengaruh dari novel Marquis simon dan Prioux melakukan hubungan terlarang lalu melarikan diri bersama-sama setelah menulis surat pada dokter Collard. Mengetahui istrinya melarikan diri membuat dokter Collard marah besar dan menuduh Marquis lah yang menyebabkan ini terjadi kemudian ia menyiksa Marquis dengan menceburkannya kedalam air menggunakan alat dari besi. Abbe memutuskan agar Maddy dipindahkan jauh dari Marquis dan sebelum Maddy pergi ia berkata pada Marquis jika ia ingin mendengar cerita Marquis untuk yang terakhir kalinya.
Marquis mempunyai ide agar ia bisa menceritakan kisahnya pada Maddy dengan cara membisikkannya pada pasien-pasien lain di sebelah kamarnya untuk kemudian disampaikan pada Maddy yang menunggu di ujung ruang untuk mencuci sprei. Ditengah-tengah cerita seorang pasien membuat kebakaran yang kemudian menjadikan suasana rumah sakit menjadi kacau dan tidak terkendali. Pasien bouchon yang tertarik dengan cerita yang dibisikkan Marquis mempraktekkannya pada Maddy dan ia membunuhnya. Ibu Maddy yang buta menemukan jasad anaknya dalam tong pencucian sprei. Marquis kembali dihukum dan kali ini Abbe tidaksegan-segan memotong lidah Marquis yang telah banyak membuat masalah. Abbe sangat terpukul dan menyalahkan Marquis atas kematian Maddy, Abbe memotong lidah Marquis dan mengurungnya dibawah tanah, dalam kesedihannya Abbe teringat akan perasaannya pada paddy yang tidak dapat ia utarakan karena dirinya seorang pastor sampai ia bermimpi menyetubuhi Maddy dan melihat patung yesus yang menangis darah lalu ia terbangun dalam keadaan yang sangat buruk. Abbe dibangunkan oleh penjaga karena Marquis lagi-lagi membuat masalah dengan menulis kembali di dinding penjara bawah tanah tempatnya dikurung menggunakan kotorannya sendiri. Saat menemui Marquis yang telah tak berdaya Abbe sadar bahwa Marquis sedang sekarat menjelang kematiannya ia meminta Marquis untuk bertobat dan mendoakan Marquis namun saat Abbe meminta Marquis untuk mencium salib yang ia pegang, Marquis malah menelan salib itu hingga ia tersendak dan mati.



MANUSIA, POLA PIKIR, DAN KEBUDAYAAN
Manusia sebagai objek dari antropologi mempunyai pola pikir yang bervariasi setiap individunya, kebudayaan dalam kelompok manusianyalah yang menyamakan konsep pola pikir mereka. Manusia membutuhkan seks sebagai kebutuhannya setelah berkeluarga umumnya namun tidak semua manusia membutuhkan seks setelah berkeluarga, sebelum berkeluargapun beberapa manusia sudah sangat butuh dan terobsesi akan seks. Konsep seks bagi setiap orang berbeda-beda seperti yang tertuang dalam film qills dimana bagi marquis seks adalah sebuah keindahan manusiawi, bagi Abbe yang merupakan pastor seks adalah larangan, sedangkan bagi dokter Collard yang impoten seks tidak dapat memuaskan manusia sehingga ia menggap kekayaanlah yang dapat memuaskan manusia. Namun pola pikir individu tidak dapat mempengaruhi pola pikir kebudayaan yang lebih kompleks dan tersusun sedemikian rupa bahwa seks dan pornografi pada saat itu adalah tabu sehingga kaisar Napoleon Bonaparte memerintahkan untuk memusnahkan semua karangan Marquis karena dianggap tidak bermoral. Konsep berfikir yang berbeda pada masing-masing pemain tentang seks membuktikan bahwa bervriasinya pola pikir manusia namun tetap saja pola pikir individu tersebut tidak akan mampu mengubah pola pikir kebudayaan yang dimiliki bersama oleh sekelompok individu-individu (masyarakat). Kebudayaan yang mengikat setiap individu ini membuat para individu yang mempunyai pemikiran berbeda takluk di dalamnya dan akan sangat sulit untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan menurut cara mereka sendiri.
Apakah kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun apakah suatu saat akan berubah? Jawabannya adalah iya karena lambat laun kebudayaan akan berevolusi juga seperti yang terjadi pada masyarakat barat saat ini yang tidak menganggap seks adalah tabu lagi dan hal yang hanya bisa dilakukan setelah menikah saja bahkan masyarakat barat saat ini tidak malu jika secara terang-terangan mereka mempertontonkan seks yang mereka lakukan. Kebudayaan barat juga mulai mempengaruhi kebudayaan orang timur saat ini seperti banyaknya remaja yang hamil di luar nikah di Indonesia yang dahulunya sangat memegang budaya ketimurannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar