(DONGENG SERAT
PERLAWANAN MASSA RAKYAT)
KARANGAN KIRIK ERTANTO
Luaiyibni Fatimatus Zuhra
135110801111014
Antropologi Sosial
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Brawijaya
Jalan mempunyai peranan yang sangat kompleks
dengan salah satunya adalah sebagai
tempat politik mengibarkan benderanya, Jalan menjadi panggung politik raksasa
yang tidak tanggung-tanggung untuk melumpuhkan kekuatan paling besar sekalipun
dimana jalanan juga mampu menggulingkan kekuasaan pemimpin tertinggi negara.
Pada 21 mei tahun 1998 presiden soeharto lengser dari jabatannya yang telah
didudukinya selama tiga puluh dua tahun, lengsernya pak harto berawal dari aksi
demonstrasi besar-besaran para mahasiswa yang turun ke jalan.
***
Penulis dalam tulisannya berargumen bahwa politik
sepenuhnya adalah pertarungan tafsir, politik terjalin dngan penentuan
pembatasan dalam komunikasi sekaligus mengenai perhatian terhadap apa yang
boleh dikatakan dan mana yang tidak boleh diucapkan serta mana yang boleh
dilihat dan tidak boleh dilihat. Politik tidak lagi ditentukan oleh siapa yang
sedang memainkan simbol pemenang tapi siapakah yang menentukan simbol
permainannya dan siapa pemegang legitimasinya.
Tulisan ini mengajak pembacanya mengingat aksi demonstrasi
yang berlangsung di jalan Gejayan dimana harian Bernas menuliskan bahwa demo
ini adalah “Demo Terpanjang Di Yogya” yang dilakukan oleh
mahasiswa-mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan para mahasiswa Universitas
Atmajaya beserta elemen masyarakat yang tergabung dalam organisasi Solidaritas
Mahasiswa Untuk Revormasi (SOMASSI) menuntut pertanggung jawaban presiden
Soeharto atas krisis ekonomi yang terjadi hingga bentrokan antar aparat keamanan
(ABRI) dan mahasiswa. Para demonstran berusaha menduduki sepanjang jalan
gejayan hingga selepas senja dengan membakar ban bekas, merobohkan pohon,
menggeser pot bunga besardari trotoar ke tengah jalan raya agar dapat
merintangi laju aparat keamanan ketika mengejar para demonstran. Peristiwa
Bentrokan Pada Tanggal 5 Dan 8 Mei 1998 ini dikenal dengan peristiwa “menduduki
jalan Gejayan” dan mengakibatkan korban tewas dari pihak demonstran akibat
bentrokan fisik dengan aparat keamanan yang kemudian bukti fotonya dipampang
pada halaman pertama harian Bernas tanggal 9 mei 1998.
Bagi pihak keamanan masalah demonstrasi harus cepat
diselesaikan karena hal ini dalam rangka menertibkan kehidupan sosial, termasuk
aktivtas masyarakat dalam menyuarakan sikap kritisnya melalui aksi massa. Namun
bagi para mahasiswa para keamanan ini hanyalah orang-orang yang telah turun
derajatnya dimana ia seharusnya menjadi pelindung negara malah digunakan
sebagai alat pelindung bagi segelintir orang berkepentingan beserta
keluarganya. Bagi peserta demonstrasi
yang bukan mahasiswa dengan mengikuti demo merupakan peluang dimana ia bisa
melawan polisi bersama-sama namun dibalik itu para demonstran malah dianggap
sebagai pemberontak oleh aparat ABRI yang telah melakukan aksi anarkisme dan
mengganggu ketertiban umum. Aksi-aksi keberingasan anggota ABRI membeberkan
sebuah kebenaran bahwa para aparat keamanan ini selalu merasa sebagai pemilik
kebenaran sehingga ia bisa melakukan apapun pada mereka yang dianggap bersalah.
Demonstrasi mahasiswa hanya dapat dilakukan di dalam
kampus saja karena jika demonstrasi dilakukan dijalan maka akan mendapat tidak
langsung dari kepolisian lalu dimanakah letak aspirasi mahasiswa yang juga
merupakan rakyat indonesia? Jika hanya di dalam kampus saja apakah aspirasi mahasiswa
akan didengar atau hanya dianggap ocehan semata? Saya lebih setuju jika
demonstrasi diturunkan ke jalan karena hal ini akan lebih didengar dan
mendapatkan respon yang lebih cepat. Apa gunanya berkoar-koar didalam sebuah
ruangan akademis tapi tidak terdengar?.
Artikel ini mempunyai hubungan yang erat dengan aksi turuk
ke jalan yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negri Makkasar dengan
menutup jalan AP Petanani menuntut kenaikan harga BBM bersubsidi mengingat jika
harga BBM naik maka harga sembako dan yang lainnya juga akan merangkak naik
hingga rakyat miskinpun akan terus terhimpit. Demonstrasi ini juga
mengakibatkan bentrok antara mahasiswa dan aparat kepolisian hingga para
wartawanpun tak luput menjadi korban para aparat kepolisian. [1]
Demonstrasi ini merupakan aspirasi mahasiswa agar mereka didengar dan keadilan
bagi para rakyat terutama rakyat miskin diperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar